How Much Does an App Cost to Develop?

Pricing is a tricky thing in the app development market. You can get 3 drastically different quotes from 3 different agencies for the same project. The key to pricing is knowing what it costs in time…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Perbedaan. Is it good or bad?

Sering kali terlintas di pikiran saya pertanyaan sederhana itu. Mungkin beberapa dari kalian saat membaca pertanyaan ini, dapat menjawab kurang dari 3 detik. Sebagian orang butuh waktu lebih lama untuk menjawab pertanyaan ini. Bagi saya, jawabannya it’s good, yet it’s bad. Tapi, tujuan saya membuat tulisan ini bukan untuk mendapatkan jawaban. Sebaliknya, saya hanya ingin sharing mengapa saya bisa menjawab seperti itu, juga ingin orang lain berpikir jawaban dalam diri mereka masing-masing — atau bahkan berdikusi mengenai whats others thought on this.

What is differences anyway? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, beda dapat diartikan dengan:

Saat saya di Sekolah Menengah Pertama a.k.a SMP, saya merasa dijauhi oleh beberapa teman saya. Ketika saya berusaha berbicara dengan beberapa kumpulan mereka, dengan sigap mereka berdiri dan mencari tempat lain untuk berdiskusi. Beberapa saat kemudian saya menyadari hal ini karena mereka menganggap saya berbeda. Apakah mereka salah membenci sebuah perbedaan? Sayangnya, saya tidak bisa menjawab dengan pasti mereka salah atau tidak. Karena pada kenyataannya, setiap manusia pasti cenderung berkumpul dengan orang-orang yang memiliki kesamaan dengan mereka. Kita tidak bisa mengungkiri bahwa we love the feeling of familiarity, we love similarity. Inilah kenapa kita sering membuat tim yang memiliki hobi sama dengan kita atau perkumpulan orang dengan daerah asal yang sama.

Tapi kenapa kita — manusia — merasa bahagia dengan persamaan? Hal pertama yang terlintas di benak saya adalah manusia benci merasa kesepian, karena kita diciptakan sebagai mahluk sosial. Ketika kita menemukan kesamaan dengan orang lain, kita merasa diri kita aman. Menimbulkan rasa familiar dan zona nyaman tersendiri. Sering kali pemikiran ini membuat kita dengan cepat membenci suatu perbedaan. Sudut pandang kita sudah terpaku bahwa hal berbeda tidak memberikan kenyamanan saat kita menemukan hal yang sama, karena perbedaan berada di luar zona nyaman yang kita pahami. Dan, manusia umumnya takut pada hal yang tak mereka pahami. Pada akhirnya, kita membenci sudut pandang yang berbeda dari kita. Kita menjauhi teman kita yang kita anggap “aneh”.

Sering kali, perbedaan menjadi alasan dari munculnya suatu konflik. Sering kali kita menemukan kasus ketika perbedaan menjadi sebuah penentuan derajat dari seseorang. Atau lebih parahnya lagi ketika orang-orang mulai mempermasalahkan ras, agama, gender, dan warna kulit. Mendiskriminasi dan memberi label “hina” atau “tidak pantas” untuk menerima ataupun berada di suatu tempat. Di negara Indonesia sendiri masih banyak sekali kasus diskriminasi yang terjadi karena perbedaan. Salah satu contohnya adalah kasus pereksekusian Biksu di daerah Tangerah pada awal tahun 2018. Singkatnya, Biksu ini dipaksa untuk membuat surat perjanjian untuk tidak melakukan kegiatan peragamaan di desa tersebut dan tidak memasang ornamen-ornamen keagamaan yang mencolok. Bahkan, sebelumnya Biksu ini sempat dipaksa untuk pergi dari desa tersebut. Tapi, setelah bernegoisasi dan munculah surat perjanjian itu. Alasan dari warganya adalah adanya kegelisahan jika Biksu ini akan mengajak warga untuk berpindah agama. Yep, you read that exactly right. Padahal, Biksu ini sendiri warga asli desa tersebut dari berpuluh-puluh tahun sebelumnya dan tidak ada maksud untuk menarik orang lain masuk ke dalam agama yang dia anut sendiri.

Note that I did not blame any spesific religion. Saya rasa agama bukanlah masalah utama disini, tapi saya menyayangkan pemikiran orang yang tidak bisa menghargai adanya perbedaan dalam lingkungan itu. Kadang saya merasa Indonesia sendiri lupa akan slogan paling pentingnya,

So back to our main topic. So, pertanyaan selanjutnya adalah apa sama selalu memberikan kebahagiaan? Tentu tidak selalu. Apa yang akan terjadi jika semua orang memiliki sifat, hobi, dan rupa yang sama? Bayangkan jika semua orang memiliki hobi menari dan bercita-cita untuk menjadi penari. Terus siapa yang bakal nonton pertunjukannya? Bayangkan jika semua orang sifatnya pendiam, siapa yang akan memulai pembicaraan? Atau bahkan, tidak akan ada pembicaraan di antara manusia. Orang yang keras kepala kadang membenci orang yang sama-sama keras kepala. Dan begitulah seterusnya.

Pernahkah mendengar filosofi dari Cina yang bernama yin dan yang? Teori dari yin dan yang mengemukakan bahwa hal yang ada di dunia ini tidak dapat dipisahkan atau berhubungan dan bersifat kontradiksi, serta bagaimana dua hal yang berlawanan tersebut dapat membutuhkan satu sama lain. Seperti, api dan air, terang dan gelap, tua dan muda. Dapat kita simpulkan bahwa meski 2 hal diciptakan berlawanan, masing-masing memberikan kekuatan kepada yang lain. Tak dapat ditutupi adanya kenyataan bahwa differences makes us unique and interesting. Hal yang berbeda membuat hidup menjadi lebih berwarna dan tidak membosankan. So, I think it is important for us to embrace differences and loves the similarity that we have for each other.

Add a comment

Related posts:

Motivation vs Discipline

Discipline more often than not is misinterpreted as motivation. I have always liked studying, and I would do a couple of hours a day because I wanted the security that I wouldn't fail my exams. But…

Business in the bubble

Bethel University entrepreneurs use their creativity to pave a way to pursue their dreams and open up their own small businesses while still in school. Freshman marketing major Zach Fisk dresses his…

Challenges with Big Data Analytics in IoT

A thriving IoT environment demands standardization that consists of interoperability, adaptability, dependability, and effectiveness of the operations globally. Speedy development in IoT increases…